Freeport, Campur Tangan Asing dan
Tragedi Kemanusiaan
BANYAK kalangan yang menyerang keberadaan PT Freeport di Indonesia.
Karena Freeport bagi sebagian kalangan, hanya mengeruk kekayaan alam berupa
emas dan tembaga yang tidak memberikan kontribusi bagi masyarakat Indonesia
khususnya masyarakat Papua.
Hal itu dilakukan, terhadap masyarakat Papua yang masih jauh tertinggal baik masalah teknologi, komunikasi maupun infomasi dari daerah-daerah di Indonesia. Pengerukan kekayaan alam Papua tidak sebanding dengan tingkat kesejahteraan masyarakatnya yang masih primitif dan terisolir. Kehadiran Freeport di tanah Papua tidak memberikan kemajuan positif bagi masyarakat Papua, yang terjadi hanyalah perampasan terhadap hak-hak mereka oleh para pengusaha yang tidak bertanggung jawab. Masalah kesejahteraan masyarakat Papua adalah pekerjaan rumah yang mestinya diprioritaskan oleh republik ini.
Hal itu dilakukan, terhadap masyarakat Papua yang masih jauh tertinggal baik masalah teknologi, komunikasi maupun infomasi dari daerah-daerah di Indonesia. Pengerukan kekayaan alam Papua tidak sebanding dengan tingkat kesejahteraan masyarakatnya yang masih primitif dan terisolir. Kehadiran Freeport di tanah Papua tidak memberikan kemajuan positif bagi masyarakat Papua, yang terjadi hanyalah perampasan terhadap hak-hak mereka oleh para pengusaha yang tidak bertanggung jawab. Masalah kesejahteraan masyarakat Papua adalah pekerjaan rumah yang mestinya diprioritaskan oleh republik ini.
Tragedi
Freeport yang menyebabkan 28 karyawan tewas dan 10 cedera adalah kecelakan
kerja tambang paling buruk di Indonesia. Dengan terjadinya kecelakan itu,
banyak aktivis yang menyeru pemerintah Indonesia agar bertindak tegas dalam
menghadapi tragedi Freeport. Ironisnya, pemerintah Indonesia seakan-akan
melindungi Freeport, padahal banyak kejanggalan dalam masalah itu. Apakah pemerintah
Indonesia tega melihat warga negaranya diperbudak oleh warga negara lain?
Di mana letak kemerdekaan sebenarnya yang ada di negara ini?
Presiden
Soekarno telah memprediksi terhadap kapitalisme pertambangan yang akan
menguasai Indonesia. Beliau juga menolak saat pemodal Amerika Serikat hendak
membuka usaha tambang di Indonesia. Seandainya beliau masih hidup, ketika
melihat liciknya permainan PT Freeport serta miskinnya rakyat Papua di
tengah-tengah pengerukan kekayaan alam, pasti beliau akan meneteskan air mata.
Berbeda dengan Soekarno, Soeharto justru mendukung pemodal asing untuk menanam
modalnya dengan mengeruk kekayaan alam di Indonesia.
Buktinya,
PT Freeport sebagai perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani
Soeharto dengan pemerintah Indonesia. Selain itu, beliau juga mengesahkan
Undang-undang Penanaman Modal Asing pada tahun 1967.
Longsor
yang terjadi itu bukanlah bencana alam, namun lebih bersifat kecelakaan. Hal
itu adalah akibat dari standar kerja yang tidak mengikuti ketentuan global.
Freeport ingin meraup laba yang besar dengan harapan kegiatan operasional tetap
berjalan secara efektif dan efisien. Perusahaan tambang itu terkesan tidak
memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja bagi para karyawan. Tragedi
kecelakaan terhadap karyawan Freeport itu membuktikan adanya keteledoran dan
pelanggaran oleh Freeport di lingkungan kerja.
Fakta
PT Freeport di Indonesia
Freeport
Indonesia telah menjual 915.000 ons atau setara dengan 28,6 ton emas dan 716
juta pon (358 ribu ton) tembaga dari tambang Grasberg di Papua. Berdasarkan
laporan keuangan Freeport McMoran, total penjualan emas Freeport sebanyak 1,01
juta ons (31,6 ton) emas dan 3,6 miliar pon (1,8 juta ton) tembaga. Selain itu,
angka produksi emas turun dari posisinya tiga bulan tahun lalu sebesar 229 ribu
ons emas, sedangkan produksi tembaga naik 123 juta ons tembaga. Laba Freeport
naik sekitar 16 persen serta total pendapatannya juga naik menjadi USD 4.51
miliar USD 4.16 miliar dari tahun sebelumnya. Perusahaan tambang Greberg di
Papua itu mampu menghasilkan emas 212 ribu ons emas dan 219 juta tembaga selama
tiga bulan. Namun, Freeport Indonesia hanya memberian royalti satu persen bagi
pemerintah Indonesia dari hasil penjualan emas dan 3,75 persen masing-masing
tembaga dan perak. Dengan kehadiran PT Freeport di Papua, tentu bukan menambah
kesejahteraan masyarakat Papua.
Freeport
Indonesia meraup keuntungan 99 persen dari tanah Papua yang memiliki 42
juta hektare hutan dengan keanekaragaman hayati, seperti bahan tambang, minyak
dan gas bumi, serta hutan yang berlimpah dan kaya dibawa ke negara
asalnya. Mereka hanya memberikan 1 persen keuntungan yang didapatkan kepada
negara kita, itupun hanya dinikmati oleh segelintir investor, pengusaha dan
penguasa baik daerah maupun pusat di ibukota negara Jakarta.
Menurut
laporannya tahun 2010, keuntungan dari PT Freeport Indonesia (PTFI) sebesar Rp.
4000 trilyun. Terakhir eksploitasi tambang ini sedang dalam pembicaraan untuk
diperpanjang lagi hingga 2041. Dari sejak beroperasi selama empat dasawarsa
total kontribusi (royalti, deviden, PPH badan dan karyawan) yang dibayar PTFI
pada negara hingga juni 2011 sebesar US$ 12,8 miliar. Sementara gaji
karyawan hanya berkisar 3,5-5,5 juta rupiah. Kepala Komunikasi Korporat
PTFI juga berharap, bahwa produksi emas Gasberg tahun 2013 naik 39,2% menjadi
1,2 juta ons dari total sebelumnya sebesar 862 ribu ons. Sementara produksi
tembaga 2013 dipatok meningkat menjadi 58,5% menjadi 1,1 miliar poun dibanding
sebelumnya 694 juta pound.
Akhir-akhir
ini, Indonesia Corrution Watch mengungkapkan adanya dugaan terjadinya
kekurangan pembayarana royalti oleh PTFI kepada negara selama periode
2001 hingga 2010. Total kewajiban royalti PTFI dari periode tersebut adalah US$
1.050,084 sehingga diduga ada kekurangan yang mengakibatkan kerugian negara
sebesar US$ 176,884 (Rp 1.591 triliun).
Memprioritaskan
Kesejahteraan
Freeport
harus lebih memberikan kesejahteraan dan keselamatan kerja bagi karyawan.
Selain Freeport, kesejahteraan juga harus didukung oleh pemerintah Indonesia.
Jangan salahkan karyawan ketika melakukan demonstrasi berhari-hari yang
menuntut kesejahteraan. Namun disisi lain, Freeport tidak cukup memberikan
kesejahteraan dan keselamatan kerja bagi karyawan. Tetapi juga masalah
konstribusi Freeport terhadap negara kita karena kekayaan alam kita telah
dikuras habis. Berapa besar kontribusi Freeport terhadap Pendapatan negara
Indonesia? Jika hanya menguntungkan pihak sebelah dan ada pihak yang dirugikan,
lebih baik Freeport beranjak kaki dari tanah air kita.
Pemerintah
perlu mengkaji ulang terhadap problematika yang ada di Freeport. Karena selama
ini, Freeport selalu mendapat perlindungan dari pusat-pusat kekuasaan di
negeri ini.
Akibatnya
arogansi pemilik Freeport tambah menjadi-jadi. Dalam masalah hukum, Freeport
harus taat terhadap aturan yang ada di Indonesia, pemerintah Indonesia tidak
boleh kalah saing dalam permainan dan kepentingan asing yang telah menguras
kekayaan alam Indonesia.
Pemerintah
Indonesia tidak hanya pasrah menerima kecelakaaan itu sebagai hukum alam
(sunnatullah), namun pemerintah Indonesia juga harus memberikan denda yang
setimpal kepada Freeport karena menurunkan standar kerja dari yang seharusnya.
Freeport
juga harus melakukan investigasi atas tragedi kemanusiaan itu, termasuk
mengevaluasi secara menyeluruh sistem tambang bawah tanahnya. Sehingga menjadi
pelajaran bagi semua perusahaan di Indonesia untuk meningkatkan keselamatan
pekerjanya. Selain itu, Freeport harus membenahi manajemen risiko pertambangan
agar tidak terjadi kembali kecelakaan tragis itu. Manajemen risiko harus
benar-benar diterapkan guna meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja
karyawan, apalagi perusahaan tambang dunia sekelas Freeport.
Freeport
Indonesia juga harus memberikan santunan dan biaya kepada keluarga korban
reruntuhan fasilitas tambang bawah tanah Big Gossan tersebut. Santunan dan
biaya tambahan lainnya itu diberikan untuk meringankan beban psikologis
keluarga korban meninggal yang ditinggalkan.
Kita
sebagai warga Indonesia hanya bisa berharap, bahwa kejadian tragis itu tidak
terulang kembali di tanah Indonesia, khusunya di Papua. Kesejahteraan
masyarakat Papua, seharusnya sesuai dengan kondisi kekayaan alam mereka yang
melimpah. Sudah saatnya masyarakat Papua sejahtera, sebagaimana masyarakat
Indonesia yang lain. Kita juga berharap, bahwa seluruh masyarakat
Indonesia mampu mengolah kekayaan alam di daerah mereka masing-masing dengan
produktivitas yang tinggi guna kesejahteraan mereka sendiri.
Sehingga,
tidak ada lagi campur tangan pengusaha asing terhadap kekayaan alam mereka.
Semoga semua daerah yang ada di Indonesia tidak terjadi lagi kesenjangan di
setiap dimensi kehidupan. Semuga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu dalam pihak yang
benar.*
Penulis
mahasantri Pesantren Mahasiswa (PesMa) IAIN Sunan Ampel Surabaya
0 comments:
Post a Comment